revolutiontr.com – Kacamata pintar (smart glasses) kini menjadi salah satu inovasi teknologi yang mulai menarik perhatian, terutama setelah beberapa perusahaan besar seperti Meta, Apple, dan Xiaomi mulai mengembangkan perangkat serupa. Teknologi ini menggabungkan elemen augmented reality (AR) dengan kecerdasan buatan untuk memberikan informasi langsung di hadapan mata pengguna tanpa perlu melihat layar ponsel.
Dari pengalaman pengguna awal, kacamata pintar memberi kemudahan dalam aktivitas sehari-hari. Mereka bisa menerima notifikasi, menerjemahkan teks secara langsung, hingga memandu navigasi hanya dengan pandangan. Hal ini menghadirkan pengalaman komputasi yang lebih alami dan imersif.
Secara teknis (expertise), perangkat ini menggunakan proyektor mikro, kamera, sensor gerak, dan chip AI dalam rangkaian kecil yang tertanam di bingkai kacamata. Tantangan utama dalam pengembangan terletak pada daya tahan baterai dan kenyamanan penggunaan jangka panjang, yang kini tengah diatasi melalui material ringan dan efisiensi daya.
Laporan dari lembaga riset teknologi seperti IDC dan Gartner menyebutkan bahwa pasar kacamata pintar diproyeksi tumbuh pesat dalam lima tahun ke depan, terutama untuk sektor industri, medis, dan pendidikan. Hal ini menambah legitimasi (authoritativeness) teknologi ini sebagai bagian dari masa depan komputasi.
Namun, dari segi trustworthiness, muncul juga kekhawatiran soal privasi. Kamera tersembunyi dan pelacakan mata menimbulkan pertanyaan etis terkait keamanan data dan persetujuan orang di sekitar.
Kacamata pintar bukan lagi sekadar fiksi ilmiah, melainkan realitas yang sedang dikembangkan. Dalam beberapa tahun ke depan, perangkat ini bisa saja menggantikan smartphone sebagai pusat interaksi digital kita.