revolutiontr.com – Di era pasca-pandemi, hewan peliharaan bukan lagi sekadar “teman bermain”, tapi anggota keluarga penuh yang layak mendapat perawatan setara manusia. Istilah “pet parent” – yang secara harfiah berarti “orang tua hewan peliharaan” – semakin populer, terutama di kalangan Milenial dan Gen Z yang menunda punya anak demi fokus pada furry friends mereka. Menurut laporan Mintel 2025, 41% pemilik hewan lebih perhatian pada kesehatan dan kesejahteraan peliharaan pasca-COVID, mendorong industri pet care global mencapai valuasi US$250 miliar. Di Indonesia, tren ini terlihat dari lonjakan penjualan makanan premium dan aksesoris mewah di e-commerce seperti Shopee dan Tokopedia. Apa sebenarnya pet parent itu, dan bagaimana tren 2025 membentuk gaya hidup mereka?
Apa Itu Pet Parent? Lebih dari Sekadar Pemilik Hewan
Pet parent adalah istilah yang menggambarkan sikap pemilik hewan peliharaan yang melihat binatang kesayangan sebagai anak atau saudara, bukan sekadar properti. Istilah ini muncul di Barat pada 2010-an, tapi kini merambah global seiring humanisasi hewan peliharaan. Bagi pet parent, merawat hewan berarti memprioritaskan aspek fisik, emosional, dan mental – mirip parenting manusia.
Di Indonesia, survei lokal dari Chewy-inspired report menunjukkan 70% pemilik anjing dan kucing di kota besar seperti Jakarta dan Bandung menganggap peliharaan sebagai “anak”, dengan pengeluaran rata-rata Rp 500.000–1 juta per bulan untuk makanan, grooming, dan mainan. Tren ini didorong oleh kesepian urban: Banyak profesional muda memilih hewan sebagai “fur baby” untuk terapi stres, terutama setelah pandemi.
Tren Pet Parent 2025: Dari Wellness Holistik hingga Tech Canggih
Tahun 2025 menandai ledakan tren yang membuat pet parenting lebih personal dan berkelanjutan. Berdasarkan laporan Chewy’s 2025 Pet Trend Report, pet parents kini “living better—together” dengan hewan mereka, fokus pada pencegahan daripada pengobatan. Berikut highlight tren utama:
| Tren | Deskripsi | Dampak di Indonesia |
|---|---|---|
| Wellness Suplemen | Lonjakan pencarian “probiotik anjing” +91% dan “suplemen sendi kucing” +60%. Pet parents pilih produk alami untuk pencernaan, kulit, dan mental. | Penjualan calming chews naik 50% di Petco Indonesia; merek lokal seperti Royal Canin adaptasi dengan varian herbal. |
| Personalisasi & Holistik | Perawatan tailor-made berdasarkan breed, usia, dan kesehatan via AI. Terapi alternatif seperti reiki atau akupunktur untuk hewan. | Klinik di Bali tawarkan yoga bersama anjing; apps seperti Gruffies petakan diet custom. |
| Produk Ramah Lingkungan | Kemasan daur ulang dan makanan organik; raw food revolution untuk diet ancestral. | Ekowisata pet-friendly di Lombok; boikot plastik mendorong merek seperti Greenies. |
| Tech Pintar | Gadget seperti kamera feeder AI dan collar GPS dengan health tracker. | Xiaomi’s Pet Camera laris di Tokopedia; 30% Gen Z beli untuk monitor peliharaan saat WFH. |
| Pet Fashion & Enrichment | Aksesoris mewah (leash matching sneakers) dan aktivitas mental seperti puzzle toys. | Butik di SCBD jual baju anjing Rp 500.000; pesta ulang tahun hewan jadi tren di IG. |
Tren ini juga mencakup peningkatan adopsi breed kecil dan eksotis seperti reptil atau burung, serta dukungan grief counseling saat hewan meninggal – menunjukkan kedalaman ikatan emosional.
Dampak Ekonomi dan Sosial: Industri yang Meledak
Fenomena pet parent tak hanya soal cinta, tapi juga ekonomi. Di AS, Millennials dan Gen Z tunda parenthood, alokasikan 20% gaji untuk hewan – tren serupa di Indonesia dengan 25 juta hewan peliharaan terdaftar. Industri pet care Indonesia diproyeksi tumbuh 15% tahun ini, didorong e-commerce dan pet insurance yang baru naik daun (seperti Asuransi Hewan Peliharaan BCA).
Secara sosial, pet parent dorong inklusivitas: 30% Gen Z minta retailer pet-friendly, seperti mal yang izinkan anjing masuk. Namun, tantangan ada: Obesitas hewan naik 50% di Eropa pasca-pandemi, dan di Indonesia, kurangnya regulasi impor makanan premium picu isu kualitas.
Tantangan dan Solusi untuk Pet Parent Modern
Meski antusias, pet parent hadapi rintangan:
- Biaya Tinggi: Grooming premium bisa Rp 300.000/sesi; solusi: Komunitas online seperti Facebook Group “Pet Parents Indonesia” bagikan tips hemat.
- Kesehatan Mental Hewan: Stres urban; jawab dengan enrichment seperti walking tour di Taman Suropati.
- Adopsi vs Beli: Dorong shelter seperti Humane Society Indonesia untuk kurangi overbreeding.
Menjadi pet parent berarti merangkul tanggung jawab yang penuh kasih, di mana hewan peliharaan jadi katalisator kebahagiaan. Di 2025, tren ini mengajak kita hidup lebih sadar: pilih produk etis, rayakan momen kecil, dan ingat, peliharaan tak hanya butuh makanan – tapi cinta. Jika Anda pet parent, bagaimana cerita Anda? Bagikan di komentar, dan yuk, buat dunia lebih ramah bagi furry family kita!

